Abu Salafy al-Majhul berkata: "Abu Sufyan Kafir,Bahkan gembong orang kafir dan Bantahan ilmiyah oleh Ustad Firanda

 
          Abu Salafy berkata : ((Mu’awiyah putra Abu Sufyan -salah seorang aimmah kekafiran      dan buah kemunafikan yang masih tersisa dan selamat dari tajamnya pedang para sahabat-)) (lihat http://abusalafy.wordpress.com/2011/01/15/ustadz-firanda-kebakaran-jenggot/)

Wahai Ustadz Abu Salafy, kenapa anda begitu berani mencaci maki Abu Sufyaan radhiallahu 'anhu?


Apakah anda pernah berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?? Tidakkah anda tahu bahwa Abu Sufyan ikut serta perang bersama Nabi dalam dua peperangan, perang Hunain dan perang Thoif??, dan setelah wafatnya nabi beliau ikut serta perang Yarmuuk ??


Apakah anda pernah menjalin kekerabatan melalui pernikahan bersama Rasulullah…???!! Tidakkah Anda tahu bahwa Abu Sufyan adalah mertua Rasulullah, karena putrid Abu Sufyan Ummu Habibah radhiallahu 'anhaa adalah istri Nabi?

Tidak tahukah anda bahwasanya jutaan kaum muslimin mendoakan keridhoan bagi Abu Sufyaan…??

Yang jelas Abu Sufyaan ma'ruuf dikenal oleh kaum muslimin… adapun anda maka nakiroh majhuul, tidak diketahui identitas anda..

Maka begitu beranikah anda dan begitu lancangnya anda untuk nekat mencela, memaki, dan mengkafirkan Abu Sufyaan ??!!!, bahkan menyatakan Abu Sufyan sebagai gembong kekafiran??!!

Tahukah anda bahwasanya tidak seorang ulama muslimpun yang mengkafirkan Abu Sufyaan??, bukankah anda tahu bahwa yang mengkafirkan Abu Sufyan hanyalah para ulama syi'ah??? Dari zaman dahulu hingga zaman sekarang??!!.

Apakah anda setuju dengan aqidah syi'ah ini??!!



Apakah seseorang tetap dicap dengan keburukannya meskipun telah bertaubat??

Kaum muslimin mengetahui bahwasanya Abu Sufyan dahulunya adalah termasuk gembong-gembong kekafiran tatkala perang Uhud dan perang Khondak. Akan tetapi setelah itu iapun masuk Islam dan baik islamnya. Sungguh terlalu banyak kitab-kitab tarjamah (biografi para pembesar Islam) yang mencantumkan tentang biografi Abu Sufyan Sokhr bin Harb Al-Qurosyi Al-Umawi ini. Seluruh ulama tersebut mencantumkan Abu Sufyan sebagai sahabat Nabi, dan biografi yang mereka tulis penuh dengan pujian terhadap Abu Sufyan dan penyebutan keutamaan-kutamaan Abu Sufyan.

Namun dengan tega ustadz Abu Salafy tetap mencap Abu Sufyan sebagai gembong kekufuran…???

Bukankah Umar bin Al-Khottoob juga dahulunya menyiksa kaum muslimin???, apakah tetap kita menyatakan Umar sebagai gembong kekufuran penyiksa kaum muslimin..???



Keutamaan Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu, diantaranya :

Pertama : Tatkala penaklukan kota Mekah (fathu Makkah) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata ((Siapa yang masuk di rumah Abu Sufyan maka ia aman)) !!!

Abu Huroiroh radhiallahu 'anhu berkata :

وَفُتِحَ عَلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَأَتَى الصَّفَا فَقَامَ عَلَيْهَا قَالَ فَجَاءَهُ أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أُبِيحَتْ خَضْرَاءُ قُرَيْشٍ ، فَلاَ قُرَيْشَ بَعْدَ الْيَوْمِ فَقَالَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ دَخَلَ دَارَ أَبِي سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَغْلَقَ بَابَهُ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَلْقَى سِلاَحَهُ فَهُوَ آمِنٌ قَالَ فَقَالَتِ الأَنْصَارُ أَمَّا الرَّجُلُ فَقَدْ أَخَذَتْهُ رَأْفَةٌ بِعَشِيرَتِهِ وَرَغْبَةٌ فِي قَرْيَتِهِ وَنَزَلَ الْوَحْيُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي ذَلِكَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الأَنْصَارِ قُلْتُمْ أَمَّا الرَّجُلُ فَقَدْ أَخَذَتْهُ رَأْفَةٌ بِعَشِيرَتِهِ وَرَغْبَةٌ فِي قَرْيَتِهِ كَلاَّ أَنَا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ وَالْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ مَا قُلْنَا إِلاَّ ضَنًّا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَرَسُولَهُ يُصَدِّقَانِكُمْ وَيَعْذِرَانِكُمْ

"Maka Rasulullah menaklukkan kota Mekah lalu ia mendatangi bukit Shofa dan berdiri di atas bukit Shofa. Lalu Abu Sufyan menemui Nabi dan berkata : "Wahai Rasulullah apakah telah dihalalkan kaum Quraisy (yaitu apakah mereka akan dihabisi dan dibunuh?-pen)?, maka tidak ada lagi Quraisy setelah hari ini!". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata ((Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka ia aman, dan barangsiapa yang menutup pintu rumahnya maka dia aman, barang siapa yang melepaskan (membuang) senjatanya maka ia aman)). Maka kaum Anshoor berkata : "Adapun Rasulullah maka (ia berkata demikian/tidak memerangi kaum Quraisy-pen) karena rasa kasihan terhadap karib kerabatnya dan karena kecintaannya kepada kampungnya (yaitu Mekah-pen)". Maka turunlah wahyu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang ini, maka Rasulullah berkata, "Wahai kaum Anshoor sekalian, sesungguhnya kalian telah berkata : "Adapun Rasulullah maka kasihan terhadap karib kerabatnya dan cinta kepada kampungnya", sungguh sekali-kali tidak demikian, saya adalah hamba Allah dan rasulNya, aku telah berhijrah kepada Allah dan kepada kalian, dan aku akan hidup bersama kalian dan meninggal bersama kalian (yaitu di Madinah dan bukan di Mekah-pen)". Kaum Anshoor berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya kami tidaklah mengatakan demikian kecuali karena tidak mau berpisah dari engkau". Nabi berkata, "Sesungguhnya Allah dan RasulNya membenarkan perkataan kalian dan menerima udzur kalian"
(HR Muslim no 3024)

Hadits ini jelas menunjukkan bahwasanya sabda Nabi ((Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka ia aman)) bukanlah karena rasa kasihannya kepada karib kerabatnya suku Quraisy, akan tetapi karena wahyu untuk memuliakan Abu Sufyan. Bahkan dalam riwayat yang lain perkataan Nabi ini merupakan jawaban dari ide yang dicetuskan oleh paman Nabi yaitu Abbaas radhiallahu 'anhu (yang merupakan Alu bait dan pernah diminta oleh Umar bin Khottob agar berdoa meminta hujan). Ibnu Abbaas radhiallahu 'anhumaa berkata:

عَامَ الْفَتْحِ جَاءَهُ الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بِأَبِى سُفْيَانَ بْنِ حَرْبٍ فَأَسْلَمَ بِمَرِّ الظَّهْرَانِ فَقَالَ لَهُ الْعَبَّاسُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ يُحِبُّ هَذَا الْفَخْرَ فَلَوْ جَعَلْتَ لَهُ شَيْئًا. قَالَ « نَعَمْ مَنْ دَخَلَ دَارَ أَبِى سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَغْلَقَ عَلَيْهِ بَابَهُ فَهُوَ آمِنٌ ».

"Tatkala penaklukan kota Mekah maka Abbaas bin Abdil Muthholib membawa Abu Sufyan bin Harb, maka Abu Sufyanpun masuk Islam di Marru Ad-Dzhoroon (nama suatu tempat dekat Mekah-pen). Maka Abbas berkata kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seseorang yang suka kemulian, kalau seandainya engkau memberikan sesuatu untuknya ??". Maka Nabi berkata ((Iya, barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka ia aman, dan barangsiapa yang menutup pintunya maka ia aman)). (HR Abu Dawud no 3023, dihasankan oleh Albani)

Kedua : Kuatnya iman Abu Sufyan

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata :

"Dan Az-Zubair meriwayatkan dari jalan Sa'iid bin 'Ubaid Ats-Tsaqofi, ia berkata : "Aku memanah Abu Sufyan tatkala perang Thoif maka mengenai matanya, maka iapun datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata : Ini adalah mata yang terluka fi sabiilillah". Maka Nabi berkata, "Jika kau ingin maka aku akan berdoa maka matamu akan kembali sembuh, dan jika kau ingin (bersabarlah-pen) maka bagimu surga". Maka Abu Sufyan berkata : "Surga"(Al-Isoobah fi Tamyyiiz As-Shohaabah 3/238 pada biografi Abu Sufyan)

Az-Zarqooni mengomentari perkataan Abu Sufyan yang sabar untuk memilih surga dari pada kesembuhan matanya :

"Dan hadits ini menunjukan kuatnya iman Abu Sufyan dan kokohnya keyakinannya setelah dahulunya termasuk mu'allafah (orang-orang yang dilembuti agar kokoh iman mereka-pen)" (Syarh Al-Mawaahib Ad-Daniiyah bi al-Minah Al-Muhammadiyah 4/15)

Ketiga : Keberanian Abu Sufyaan

Ibnu Hajar juga berkata :

Ya'quub bin Sufyan dan Ibnu Sa'ad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Sa'id bin Al-Musayyib dari ayahnya berkata, "Tatkala perang Yarmuk aku tidak mendengar suara dari seorangpun kecuali suara seseorang yang berkata, "Wahai pertolongan Allah mendekatlah". Akupun melihat, ternyata itu adalah suara Abu Sufyan, sedang berperang dibawah bendera anaknya Yaziid", dan dikatakan bahwa matanya (yang satu lagi-pen) buta tatkala itu" (Al-Isoobah fi Tamyyiiz As-Shohaabah 3/238 pada biografi Abu Sufyan)

Lihatlah tatkala kebanyakan orang tidak terdengar suaranya maka Abu Sufyan dengan penuh keberanian mengobarkan semangat kaum muslimin untuk berperang.


Keempat : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperkerjakan Abu Sufyan untuk memerintah Nejroon (silahkan lihat Al-Istii'aab fi ma'rifat Al-Ashaab hal 345 no 1211)

Kelima : Ahlul bait meriwayatkan hadits dari Abu Sufyaan. Hadits yang masyhuur tentang dialog antara Abu Sufyaan dan Heroklius sebagaimana termaktub dalam awal kitab shahih Al-Bukhari hadits no 7. Kisah dialog ini diceritakan oleh Abu Sufyan kepada Ibnu Abbaas, lalu Ibnu Abbas (yang merupakan sepupu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) meriwayatkan hadits ini. Hadits ini adalah hadits yang disepakati keshahihannya, jika Abu Sufyan adalah orang kafir maka tidak mungkin diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, apalagi disepakati oleh seluruh umat akan keshahihan hadits ini. Oleh karenanya Imam Adz-Dzahabi berkata:

وَلاَ رَيْبَ أَنَّ حَدِيْثَهُ عَنْ هِرَقْل وَكِتَابِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَدُلُّ عَلَى إِيْمَانِهِ وَلله الْحَمْدُ

"Dan tidak diragukan lagi bahwasanya hadits Abu Sufyan tentang Heraklius dan surat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (kepada Heraklius-pen) menunjukkan akan keimanannya, dan segala puji hanya bagi Allah" (Siyar A'laam An-Nubalaa 2/107)

Maka sungguh aneh Abu Salafy ini yang mengaku-ngaku cinta kepada Ahlul Bait, sungguh ia telah menyelisihi Ibnu Abbas yang telah meriwayatkan dari Abu Sufyan.

Dari penjelasan di atas maka tidak diragukan lagi akan kesilaman Abu Sufyaan, kareananya saya minta kepada ustadz Abu Salafy untuk mendatangkan satu perkataan Ulama Ahlus Sunnah yang mengkafirkan Abu Sufyan radhiallahu 'anhu??!!

Jika Ustadz Abu Salafy tidak mendatangkan bukti maka ini akan saya masukan dalam daftar kedustaan Abu Salafy yang sedang saya kumpulkan….!!!


Bersambung…..

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 20-03-1432 H / 23 Februari 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jawaban atas Syubhat-Syubhat Para Pendukung Bid'ah Hasanah

Tukang Bakso Dan Bakso Ikan Dalam Timbangan Muqoddimat Ahlil Kalam